Jumat, 02 September 2016

Kumpulan catatan Ilyas Karim Yang konon katanya pejuang legendaris

Ilyas Karim pertama kali muncul dalam pemberitaan detikcom pada Agustus 2008. Ia mengaku sebagai pengibar pertama bendera merah putih bersama Latief Hendraningrat. Dalam pengakuannya, ia adalah orang bercelana pendek yang tampak dari belakang dalam foto pengibaran bendera merah putih pada proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selama ini orang tersebut dikenal publik sebagai Suhud Sastro Kusumo.

Menurut pengakuan Ilyas, pada waktu itu, ia adalah seorang murid di Asrama Pemuda Islam (API) yang bermarkas di Menteng, Jakarta Pusat. Malam hari sebelum pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, Ilyas beserta 50-an teman dari API diundang ke rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Saat berkumpul di rumah Soekarno itulah Sudanco (Komandan Peleton) Latief Hendraningrat menunjuknya untuk menjadi pengibar bendera di acara proklamasi kemerdekaan keesokan harinya. Satu orang pengibar yang lain yang ditunjuk adalah Sudanco Singgih, seorang tentara PETA. Ia ditunjuk karena merupakan yang paling muda, saat itu ia berumur 18 tahun
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilyas_Karim

Kamis 14 Aug 2008, 07:29 WIB berita detikcom : Digusur, Pejuang Ilyas Karim Tagih Janji Foke dan SBY
Ada nada geram pada suara Ilyas ketika menyinggung nama Gubernur DKI Fauzi Bowo alias Foke. Sebab, dengan telinga sendiri Ilyas mendengar Foke berkampanye di lapangan Rawajati di dekat rumahnya. Waktu itu Foke mengatakan kalau dirinya menang akan memperhatikan nasib rakyat kecil.

"Tolonglah bantu saya. Kalau dibantu saya akan bantu rakyat kecil," kata Ilyas menirukan suara Foke ketika kampanye di Lapangan Rawajati menjelang pemilihan Gubernur DKI 2007.

Betapa pedih hati Ilyas saat tahu bahwa orang yang mengeluarkan janji itu justru adalah orang yang membuat kebijakan untuk mengusirnya dari rumah yang telah ditanggalinya selama 23 tahun. Ilyas diberi waktu hingga akhir 2008 untuk menempati rumah kecilnya di Jl. Rawajati Barat, Kalibata, Jakarta Selatan. Setelah itu, Ilyas harus pergi, entah kemana.

Pesan serupa dia kumandangkan untuk SBY. Menurut Ilyas, dulu menjelang Pemilu Presiden 2004 SBY pernah menemuinya. SBY meminta Ilyas membantunya berkampanye dengan memanfaatkan jaringannya sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Yayasan Pejuang Siliwangi Indonesia yang memiliki cabang di 14 provinsi, antara lain di Medan, Riau, Jambi, Palembang, Banten, dan Ambon. Waktu itu SBY berjanji akan memperhatikan nasib para pejuang jika dia menjadi presiden.

"Dia mengatakan akan memperhatikan nasib para pejuang," kata Ilyas yang merupakan pengibar pertama bendera Sang Saka Merah Putih pada 17 Agustus 1945 lalu.

Namun betapa kecewanya Ilyas ketika janji yang telah dikeluarkan SBY tidak ditepati. Dia bersama teman-teman seperjuangannya tidak mendapat perhatian yang layak dari pemerintah. Satu-satunya perhatian nyata barangkali adalah jatah uang pensiunan sebesar Rp 1,5 juta yang rutin diterimanya tiap bulan. Selain itu, nihil.

"Pejabat pemerintah tidak perhatian sama sekali kepada kami para pejuang," keluh Ilyas.

Ketika ditanya mengapa tidak mengajukan permohonan ke pemerintah, Ilyas hanya menjawab, "Pemerintah otaknya otak batu. Gimana mau ngajukan? Percuma saja."
http://news.detik.com/berita/988231/digusur-pejuang-ilyas-karim-tagih-janji-foke-dan-sby


Bantahan Keras Fadli Zon. Ilyas Karim Bukan Pengibar bendera Merah Putih....!!

Ilyas Karim mendadak tenar sejak penggusuran Rawajati. Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 13 Desember 1927, ini diwartakan media sebagai sosok pejuang yang terabaikan. Ilyas mengaku sebagai lelaki bercelana pendek pada foto pengibaran Sang Saka Merah Putih pertama kali, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan, Jakarta.

Ilyas yang tinggal di tepi rel di derah Kalibata ini pada tahun 2011 dihadiahi sebuah apartemen di Kalibata oleh Wakil Gubernur DKI Priyanto, namun kemudian Ilyas Karim kembali kerumahnya yang lama di tepi rel. Ilyas Karim juga mengaku sebagai pengibar mendera merah putih.

 "Ya, sayalah orang bercelana pendek yang ikut mengibarkan bendera Merah Putih. Hanya saya yang masih hidup," kata Ilyas dalam sebuah kesempatan.

Fadli Zon, seorang politisi sekaligus sejarawan muda, menyangkal pernyataan Ilyas. Seperti dilansir pada laman Tribunnews,, Fadli membeberkan sejumlah fakta menegasi pernyataan Ilyas.

"Saya punya buktinya. Buku-buku sejarah yang saya miliki mengungkap, pria bercelana pendek itu bernama Suhud," kata Fadli.

Di perpustakaan pribadinya, Fadli menyimpan buku-buku kuno, juga barang-barang kuno, termasuk buku yang menjelaskan siapa pria bercelana pendek yang mengibarkan Sang Saka Merah Putih saat detik-detik Proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno.

"Ini demi pelurusan sejarah. Kasihan kalau sejarah sampai dibelokkan. Makanya, saya siap debat Ilyas Karim. Dia bukan pengerek bendera, melainkan Suhud. Fakta sejarahnya ada dalam buku-buku yang saya simpan," katanya.

Fadli kemudian berujar, dia belum menemukan keterkaitan sejarah Ilyas Karim dalam peristiwa kemerdekaan yang sempat tercatat dalam buku-buku sejarah.
"Tapi, jangan mengaku dia pengibar bendera Sang Saka. Dia itu ngaku-ngaku belakangan. Kasihan bangsa ini kalau sejarahnya dibelokkan," ujarnya.

Ia mengaku kaget melihat Ilyas Karim di televisi dan sejumlah media mengklaim diri sebagai pelaku sejarah, pengerek Sang Saka Merah Putih.

"Saya siap buktikan bukan dia. Yang bercelana pendek itu, namanya Suhud, salah seorang anggota Barisan Pelopor yang diminta Bung Karno mengibarkan bendera Merah Putih," ungkap Fadli.

Suhud, lanjutnya, adalah anak buah Sudiro, salah seorang asisten Bung Karno. Suhud-lah yang mencari bambu ketika itu untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih.

"Ilyas Karim tak pernah tercatat dalam sejarah. Bisa saja dia ada dalam barisan saat pengibaran bendera. Bisa saja, tapi bukan pengibar bendera," Fadli menegaskan.

Fadli mengambil majalah Tempo tahun 1975 tertanggal 16 Agustus. Majalah tua itu terlihat masih terawat. Ia kemudian membuka salah satu halaman yang memuat wawancara para pelaku sejarah. "Dalam majalah itu, yang mengibarkan Suhud. Jadi, yang tahu sejarah pasti marah," ujarnya.

"SK Trimurti pada tahun 1972 menulis, Suhud adalah komandan pengawal Bung Karno, ketika itu sibuk mengatur persiapan kemerdekaan," tutur Fadli lagi.

Bersikukuh
Menanggapi pernyataan Fadli, Ilyas Karim tetap bersikukuh sebagai lelaki bercelana pendek itu. Ilyas tetap menyatakan, dirinyalah yang bercelana pendek, salah seorang yang diberi mandat oleh Bung Karno sebagai pengibar Sang Saka Merah Putih.

Ilyas pun tetap kukuh, dirinyalah yang dimaksud dalam foto itu. "Setelah saya mengakui, kini banyak yang mempertanyakan," katanya dalam perbincangan telepon dengan Tribunnews.

Jadi, siapakah lelaki muda bercelana pendek yang mengerek Sang Saka Merah Putih saat pertama kali Bung Karno membacakan teks proklamasi? Fadli kembali meyakinkan, bukan Ilyas Karim.  Sebelumnya Ratna Sarumpaet juga mengatakan Ilyas Karim adalah veteran pengibar bendera merah putih.

http://www.beritateratas.com/2016/09/bantahan-keras-fadli-zon-ilyas-karim.html

Pihak Kalibata City: Ilyas Karim Telah Menjual Unit Apartemen Miliknya
 Veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, Ilyas Karim, terpaksa mengungsi ke rumah anaknya, setelah tempat tinggalnya di Jalan Rawajati Barat, Pancoran, Jakarta Selatan, digusur Pemprov DKI bersama puluhan rumah warga lainnya pada Kamis (1/9/2016).

Selaku veteran pejuang kemerdekaan, Ilyas mendapatkan hadiah berupa unit Apartemen Kalibata City pada 2011.

Meski tercatat pernah mendapat satu unit apartemen di Kalibata City, Ilyas tak lagi menempati unit apartemen tersebut dan kembali ke rumah di kawasan Rawajati.

Menurut General Manager Badan Pengelola Kalibata City Evans Wallad, apartemen tersebut sudah dijual Ilyas.

"Benar ada, beliau punya satu unit di Tower Rafles, namun per September 2015, sudah beliau jual," kata Evans, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/9/2016).

Mengenai benar atau tidaknya Ilyas diberi hadiah oleh pengembang Kalibata City karena statusnya sebagai pejuang kemerdekaan, Evans tidak dapat memastikan.

"Saya belum tahu, pengembang PT PSA itu yang mungkin tahu," ujar Evans.

Keterangan Evans berbeda dengan pengakuan Ilyas. Veteran berusia 88 tahun itu menampik mendapat sumbangan tanda jasa berupa satu unit kamar apartemen pada tahun 2011.

Ilyas bercerita, pada 2011, ia mengalami musibah kebakaran. "Saya kebakaran 2011 rumah saya. Dibangun sama anak saya sampai kelar. Saya tidur di sini (trotoar)," ujar Ilyas sambil menunjuk emperan trotoar di samping Apartemen Kalibata City, Jumat.

Selama rumahnya masih dibangun kembali, Ilyas mengaku tidur bersama istrinya di sebuah tenda di trotoar.

Kejadian itu mendapat perhatian dari pihak pengelola Apartemen Kaibata City. "Kata orang apartemen kok pejuang tidur di sini. Dibawalah saya ke dalam, tidur," ujar Ilyas.

Ia mengaku diberi tumpangan gratis di satu unit apartemen Kalibata City, bukan diberikan unit apartemen secara cuma-cuma.

Ilyas lantas tinggal di unit apartemen tersebut selama tiga bulan. Kemudian, Ilyas kembali ke rumahnya setelah renovasi setelah kebakaran selesai.

"Dikasihlah saya 1 unit selama 3 bulan. Rumah saya selesai, saya balik lagi tinggal di sini," ujar Ilyas.

Mengaku pengibar bendera pertama

Nama Ilyas Karim bukan kali ini saja mencuat. Pada 2011, nama Ilyas mendadak tenar. Pemberitaan menyebutkan bahwa Ilyas adalah pengibar bendera pertama.

Pria itu mengaku sebagai lelaki bercelana pendek pada foto pengibaran Sang Saka Merah Putih saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, 17 Agustus 1945.

Namun, pengakuan Ilyas ini dibantah sejumlah kalangan, salah satunya Fadli Zon, sejarawan muda yang kini Wakil Ketua DPR.

"Saya punya buktinya. Buku-buku sejarah yang saya miliki mengungkap, pria bercelana pendek itu bernama Suhud," kata Fadli ketika itu.

Sejumlah catatan sejarah juga merujuk pada sosok Suhud, bukan Ilyas.

Dalam buku yang diterbitkan pusat sejarah ABRI disebut, lelaki bercelana pendek itu adalah Suhud Marto Kusumo.

Irawan Suhud, putra kelima Suhud, (24/8/2011), menyampaikan bahwa keluarga besarnya tersinggung karena sang ayah diklaim oleh Ilyas Karim.

Dihadiahi apartemen

Pada 2011, Ilyas menerima hadiah unit apartemen di Kalibata City dari pengembang Kalibata City, PT Pradani Sukses Abadi.

Upacara simbolis serah terima kepada Ilyas dilakukan bertepatan pada peringatan HUT Ke-66 Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2011.

Penyerahan dilakukan oleh Wakil Gubernur DKI yang ketika itu dijabat Prijanto dan CEO Kalibata City ketika itu, Budi Yanto Lusli.

Ketika itu, Budi Yanto Lusli menuturkan, pemilihan Ilyas Karim sebagai penerima satu unit apartemen lantaran hanya Ilyas lah saksi hidup pengibar bendera Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kini masih ada.

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/02/20273101/pihak.kalibata.city.ilyas.karim.telah.menjual.unit.apartemen.miliknya.

Pengibar Bendera Merah Putih Pertama

Suhud Sastro Kusumo Atau Ilyas Karim Pengibar Bendera Merah Putih Pertama 17 Agustus 1945 Suhud Sastro Kusumo Atau Ilyas Karim Pengibar Bendera Merah Putih Pertama 17 Agustus 1945 admin 3 years ago 0 155
★★★★★ Pengibar Bendera Sang Saka Merah Putih 17 Agustus 1945 Suhud Sastro Kusumo Atau Ilyas Karim Pengibar Bendera Merah Putih Pertama 17 Agustus 1945 ? Berita kontroversi mengenai pengakuan Ilyas Karim sebagai pengibar Bendera Merah Putih pertama (yang pada photo bercelana pendek) pada upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, 17 Agustus 1945.

Namun, menurut beberapa bukti sejarah yang ada, nama Ilyas Karim bukan sebagai pengibar Bendera Merah Putih Pertama, melainkan Suhud Sastro Kusumo Sebagai Pengibar Bendera Merah Putih Pertama. Dalam buku yang diterbitkan pusat sejarah ABRI disebut, lelaki bercelana pendek itu adalah Suhud Marto Kusumo. Irawan Suhud, putra kelima Suhud, meralat nama lengkap ayahnya. "Yang benar Suhud Sastro Kusumo," kata dia seperti dilansirTribunnews, Kamis (24/8/2011).

Irawan menyampaikan, keluarga besarnya tersinggung karena sang ayah diklaim oleh Ilyas Karim, lelaki sepuh yang kini mendapatkan apartemen di Kalibata lantaran mengaku sebagai pengerek bendera pertama. Irawan menyatakan, ia siap membuka fakta-fakta sejarah untuk membuktikan kalau ayahnya adalah pria bercelana pendek pada peristiwa bersejarah itu. Dalam foto yang diabadikan 66 tahun lalu terlihat ada empat orang di sekitar bendera.

Menurut Irawan, berdasarkan buku-buku sejarah, lelaki bertopi di sisi kiri ayahnya adalah Latif Hadiningrat, orang dekat Bung Karno. Sementara dua perempuan di sisi kanan ayahnya adalah istri Bung Karno, Fatmawati, dan wartawati SK Trimurti. Keempatnya telah meninggal.

Irawan menuturkan, ayahnya meninggal pada 1986 di usia 66 tahun. Keluarga tokoh-tokoh itu, kata dia, masih hidup sampai sekarang. Mereka bisa memberikan klarifikasi atas klaim Ilyas. "Kami tak akan menuntut Ilyas Karim.

Tapi kami ingin meluruskan sejarah yang sebenarnya, orangtua kami adalah yang dimaksudkan dalam gambar itu. Para sejarawan juga kaget, ayah kami diklaim orang lain. Silakan Pak Irawan datang ke Pusat Sejarah ABRI," tuturnya. Pengibar Bendera Sang Saka Merah Putih 17 Agustus 1945 "Atau, yang paling gampang, silakan beliau pergi ke Gedung Joeang 31.

Di sana, ada satu ruangan, ada gambar yang mengingatkan tentang persitiwa 17 Agustus 1945, dan ada namanya tertera di situ. Kita hanya mau membela hak bapak, kita harus menjaga nama baik bapak, jangan ganggu keluarga kami," tuturnya lagi. Irawan mengaku tak masalah bila kini Ilyas Karim, sebagai pejuang, mendapat hadiah sebuah apartemen di Kalibata oleh Wakil Gubernur DKI Priyanto. Namun, tidak dengan mengklaim dirinya sebagai orangtuanya.

Ilyas Karim mendadak tenar. Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 13 Desember 1927, ini diwartakan media sebagai sosok pejuang yang terabaikan. "Ya, sayalah orang bercelana pendek yang ikut mengibarkan bendera Merah Putih. Hanya saya yang masih hidup," kata Ilyas dalam sebuah kesempatan. Pengibar Bendera Sang Saka Merah Putih 17 Agustus 1945 Atas pengakuannya itu, Ilyas yang tinggal di pinggir rel di daerah Kalibata memperoleh satu unit apartemen di dekat rumahnya. Hadiah yang diberikan pengembang apartemen tersebut diberikan secara simbolis oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Priyanto.

"Bapak kami ya bapak kami. Dalam buku yang disusun oleh Pusat Sejarah (Pusjarah) ABRI ditulis Nugroho Notosutanto, terangkum cerita para pelaku sejarah, termasuk (peran) ayah saya dalam peristiwa detik-detik kemerdekaan bangsa ini. Buku itu berjudul Detik-detik Proklamasi," Irawan menegaskan. Bantahan soal sosok lelaki bercelana pendek pertama kali disampaikan Fadli Zon, politisi Partai Gerindra yang juga pemerhati sejarah. "Saya punya buktinya.

Buku-buku sejarah yang saya miliki mengungkap, pria bercelana pendek itu bernama Suhud," kata Fadli. Di perpustakaan pribadinya, Fadli menyimpan buku-buku kuno, juga barang-barang kuno, termasuk buku yang menjelaskan siapa pria bercelana pendek yang mengibarkan Sang Saka Merah Putih saat detik-detik Proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno.

"Ini demi pelurusan sejarah. Kasihan kalau sejarah sampai dibelokkan. Makanya, saya siap debat Ilyas Karim. Dia bukan pengerek bendera, melainkan Suhud. Fakta sejarahnya ada dalam buku-buku yang saya simpan," katanya. Read more at: http://www.newoes.com/suhud-sastro-kusumo-atau-ilyas-karim-pengibar-bendera-merah-putih-pertama-17-agustus-1945/ Copyright by www.newoes.com Thanks dah sebarin artikel

Daftar Blog SayaLabel'Pahlawan"Asmaul Husna""Fadhilah Ayat Kursi""KATA-KATA HIKMAH""Taubat Nashuha"Al-Qur'anampunanAnak. Rajin SholatartikelatasiBahagiaBelajarBerkahBersyukurBuku SDBuku SMA/MABuku SMKBuku SMPCaracara mendidik sholatCintaCinta AllahdepresiDOADosa.dzikiremosiemosi negatipgetaranGood NightGuruHari GuruHari RayaharianIbadahikhlasimpianingat Allahingat matiInna Lillahi wa inna ilaihi raji'unINSPIRINGisteriISTIGFARJAWABAN KELUHAN. GALAUKa'baKaligrafikarakterKatakatabijakKebaikankematiankepergiannyaKesehatanKesehatan. Murah. TipKetaatanKisah Inspiratifkisah teladanLAGUMAKAN DUDUKmakananManasik UmrohManfaatMARAHMasalahmelanggar AllahMendidikMendidik Rajin SholatMengajarMengeluhmenyimpan emosi negatipMotivasiMUTIARA AL-QUR'AN & HADISTNerakapagipatuhPengetahuanPerintahPERINTAH SHOLATPernikahanPhotoPRAMUKAPuisiRAHASIARelaRosullulohSainssakit karena emosi negatipSEFTSEHATSemangatSEMBUHSenyum. Allah bersamamu. SabarSHOLATSilaturohmiSolatSolusisuamisuksesSurgaterapiterapi modernterhindar dari bahayaTESTIMONI SEFT. LUCK FACTORTipTobatTRAININGUcapan.Ulang tahunVIBRATIONWaktuWanitaLamanBerandaTotal Tayangan Laman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar