Jumat, 28 April 2017

Waspadai !! Berita Hoax seputar PT Dirgantara Indonesia‏ (PTDI)

https://twitter.com/mrarbib/status/857903252079124480
Info dari twitter 
Waspada setiap informasi yg tdk benar isi dan sumbernya

https://jokowifaq.org/2017/04/28/hoax-benarkah-jokowi-menjual-pt-di-ke-cina/

Hariadhi membaca broadcast mengenai terjualnya PT Dirgantara kepada pihak asing, dalam hal ini Cina. Benarkah?

Jawaban: Tidak benar dan hoax. PT Dirgantara Indonesia adalah bagian industri strategis yang penting bagi Indonesia. Jika benar terjadi perpindahan saham, maka akan menjadi berita besar. Hingga saat ini hasil pencarianjuga tidak menemukan satupun berita mengenai penjualan PT Dirgantara Indonesia.

Berikut hasil penelusuran Google mengenai pelepasan saham PT Dirgantara Indonesia:


Berita penjualan satu lagi BUMN strategis yaitu PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dari Pemerintah Indonesia ke pihak China dapat dipastikan adalah HOAX alias berita bohong.

Sebab PT DI termasuk industri strategis yg diatur oleh UU No 16 Tahun 2012 dimana kepemilikannya sepenuhnya dikuasi oleh negara dan dilarang dijual kepada pihak asing manapun.

Kepala Biro Humas PT DI menegaskan bahwa 100% saham PT DI masih milik Pemerintah RI."Saat ini PT DI sedang menjalin kerja sama dengan Airbus sebagai pihak luar negeri bukan perusahaan dengan perusahaan China," tegasnya lagi.

Sebelumnya berita yang beredar sebagai HOAX memberitakan bahwa dengan ditanda-tanganinya pelunasan pembayaran dari pemerintah China kpd pemerintah Indonesia pada awal April 2017 oleh Presiden Joko Widodo (disetujui dan ditanda tangani oleh Ketua KPK, Ketua DPR RI dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden) maka secara resmi Kepemilikan PT DI atau yang dahulu bernama IPTN telah berpindah tangan menjadi milik pemerintah Republik Rakyat China.Maka selanjutnya, seluruh pesawat dan komponen hasil produksi, akan berlabel 'Made in China'.

Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.

BUMN kedirgantaraan ini tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia juga menjadi sub-kontraktor untuk industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker dan lain sebagainya.

Dengan penegasan dari PT DI maka semua berita di atas adalah HOAX!
Berita seputar PTDI yang bagus

PASOK KEBUTUHAN TNI, PT DIRGANTARA INDONESIA GANDENG AIRBUS
PT Dirgantara Indonesia atau PTDI dengan Airbus Helicopters menyerahkan beberapa unit helikopter kepada TNI. Rinciannya adalah satu unit helikopter H215M, dua helikopter H225M kepada TNI-AU serta dua helikopter bersenjata tipe Fennec serta dua unit platform dasar dengan unit hijau pertama tipe AS565 MBe Panther.

Managing Director Airbus Helicopters Ludovic Boistot mengatakan kemampuan untuk memenuhi sejumlah program penting pertahanan Indonesia lebih cepat dari jadwal membutuhkan kerja sama dan komitmen industri.

“Adanya mitra yang memiliki nilai-nilai serta dorongan yang sama kuatnya dengan kami menjadi suatu keharusan. Dan kami telah menemukan mitra tersebut dalam diri PTDI,” paparnya melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu 29 Maret 2017.

Dari semua helikopter yang telah diserahkan, beberapa di antaranya selesai dalam waktu satu tahun lebih cepat dari jadwal. Penyerahan lebih awal menegaskan komitmen Airbus Helicopters untuk mendukung industri pertahanan Indonesia

Sebelum menyerahkannya pada masing-masing matra TNI, PTDI akan melengkapi helikopter-helikopter tersebut dengan sejumlah peralatan-penunjang-misi-kunci di dalam negeri.  “Kami amat menghargai kepercayaan yang telah diberikan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia pada kami dan terus berkomitmen untuk menghadirkan solusi serta layanan terbaik demi mendukung industri kedirgantaraan Indonesia,” kata dia.

Sementara itu CEO PTDI Budi Santoso merasa senang dapat memenuhi janji perusahaan pada para pelanggan. Penyerahan lebih awal tersebut merefleksikan kemitraan dengan Airbus Helicopters  yang kuat dan dapat diandalkan selama beberapa dekade terakhir.

Kontrak tersebut mencakup 11 unit helikopter AS565 MBe Panther untuk TNI AL dilengkapi dengan sistem persenjataan antikapal-selam, termasuk dipping sonar dan peluncur torpedo.

Adapun unit platform dasar pertamanya telah tiba di Indonesia pada pertengahan Maret tahun ini. Selanjutnya PTDI akan menyelesaikan proyek tersebut dan diserahkan pada TNI AL pada pertengahan tahun 2017.

Dua helikopter Fennec yang diserahkan pada Januari 2017 adalah dua unit intai pertama untuk TNI AD. Bersama dengan unit pertama yang telah diserahkan pada 2015, ketiga helikopter ini akan digunakan untuk pelatihan pilot. Sembilan unit lainnya dari 12 unit yang telah dipesan akan diserahkan dalam tahun ini.

Dua unit H225M yang telah diserahkan pada pertengahan Maret lalu ke TNI AU adalah unit ketiga dan keempat dari total enam unit yang disepakati dalam kontrak dengan pelanggan. Penyerahan unit-unit berikutnya kepada TNI AU dan akan diselesaikan dalam beberapa minggu mendatang. Helikopter multi-peran H225M ini dimaksudkan untuk misi tempur, pencarian dan penyelamata.
(CSAR)
https://m.tempo.co/read/news/2017/03/30/090860774/pasok-kebutuhan-tni-pt-dirgantara-indonesia-gandeng-airbus
http://www.indonesian-aerospace.com/view.php?m=news&t=news-detil&id=489


RI Jajaki Peluang Ekspor Pesawat ke Angola




Angola akan dijadikan sebagai pasar baru bagi produk alat transportasi, pertahanan dan elektronika Indonesia. Hal ini diharapkan akan memacu kontribusi sektor nonmigas terhadap nilai perdagangan kedua negara yang berkisar US$ 292,8 juta pada 2016.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan,‎ Kementerian Perindustrian tengah mendorong pelaku industri nasional untuk memperluas pasar ekspor ke Angola. Negara ini bisa menjadi hub bagi ekspor produk industri Indonesia ke negara-negara pesisir barat Afrika.

“Angola bisa menjadi negara pusat untuk promosi produk-produk industri Indonesia ke pesisir barat Afrika,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (13/4/2017).

Pemerintah telah menawarkan beberapa produk industri strategis nasional, antara lain pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia (DI), kendaraan angkut militer buatan PT Pindad, kapal laut buatan PT PAL dan gerbong kereta dari PT INKA.

Bahkan, Menteri Luar Negeri Angola Georges Rebelo Pinto Chikoti berencana mengunjungi secara langsung PT DI dan PT Pindad untuk menjajaki peluang kerja sama yang dapat dikembangkan. “Mereka sempat menanyakan cara pembelian pesawat dari Indonesia,” lanjut Airlangga.

Di samping itu, Angola tengah memerlukan bantuan pelatihan di bidang industri seperti yang dilakukan Indonesia kepada Nigeria dan Mozambique. Misalnya, pelatihan untuk peningkatan kapasitas produksi sektor tekstil dan makanan.

Indonesia juga membuka peluang kerja sama di sektor industri kecil dan menengah (IKM). Apalagi, Kemenperin sedang mendongkrak pasar ekspor bagi produk IKM dalam negeri, salah satunya dengan memanfaatkan program e-smart IKM.

"Langkah ini turut mewujudkan target penumbuhan wirausaha baru di Indonesia sebanyak 20.000 orang pada akhir 2019,” ungkap dia.

Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto mengatakan, semua bisnis baru di Angola harus terdaftar dalam Angolan Private Investment Agency (ANIP).

“Terdapat beberapa cara bagi perusahaan untuk dapat beroperasi di Angola, di antaranya adalah mendaftar sebagai perusahaan asing, bekerja sama dengan perusahaan lokal, dan mengembangkan anak perusahaan dengan mendaftar sebagai perusahaan Angola,” papar dia.

Harjanto menambahkan, adanya persyaratan konten lokal menuntut investor asing menggunakan jasa dari perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki Angola. Selain itu, pemerintah Angola sedang melakukan proses Angolanising, yang menuntut perusahaan untuk mempekerjakan masyarakat lokal.

“Pada tahun 2012, peraturan penanaman modal bagi perusahaan swasta di sana, mensyaratkan investasi minimal US$ 1 Juta untuk memperoleh insentif,” kata dia.

Dalam rangka diversifikasi ekonomi, menurut Harjanto, pemerintah Angola juga menawarkan kepada pengusaha Indonesia untuk pembangunan industri perikanan, pertanian, pertambangan, infrastruktur, makanan, dan mineral.

Pemain utama pada sektor minyak dan pertambangan di Angola adalah Sonangol (perusahaan afiliasi China), British Petroleum (perusahaan afiliasi Inggris), dan Exxon (perusahaan afiliasi Amerika Serikat).

Hubungan diplomatik kedua negara telah dibuka sejak 2001 dan Angola merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-3 di kawasan Afrika sub-Sahara setelah Afrika Selatan dan Nigeria.

Komoditas impor Indonesia dari Angola adalah minyak dan gas bumi, sementara produk ekspor Indonesia adalah pipa besi, sabun, seng, korek api, kendaraan, margarin, ikan olahan, obat, kertas dan minyak sawit. (Dny/Gdn)
http://bisnis.liputan6.com/read/2919122/ri-jajaki-peluang-ekspor-pesawat-ke-angola

Tidak ada komentar:

Posting Komentar